Saya hanya reposting tulisan mas Haruhiism_sugiisugii (Kaskuser). Saya sangat tertarik dengan tulissan tersebut. Dan saya setuju 1000% dengannya.
So come and read.
Sudah bukan rahasia lagi kalau saat ini dunia tarik suara khususnya band di indonesia sedang masuk masa berkabung yang belum usai-usai. Saya perhatikan fenomena ini terjadi kira kira tahun 2005 sampai sekarang.
Kalau kamu menganggap lagu-lagu band indonesia sekarang bagus, berarti kamu sudah kena pengaruh psikologis dari sebuah lagu dimana, sejelek apapun suatu lagu asal kuping dengerin terus lama-lama terbiasa juga.
Seperti apa sih kondisi asli lagu band indo? Mohon maaf karena saya sendiri sering mendengarkan musik barat, jepang, mandarin, dan korea, jadi saya hanya menggunakan 4 negara tersebut untuk perbandingan
1.Instrument & corak
Instrumen tidak kreatif, itu lagi itu lagi, aransemennya juga gitu lagi gitu lagi. Alat musiknya bisanya itu itu aja. Ada yang bisa maen piano aja jadi menonjol banget.Udah gitu pake acara trend2an lagi, ga punya ciri khas. Lagi ngetrend irama melayu, melayu semua, lagi ngetrend rap, rap semua, berbau religi, religi semua... yap dalam berbagai segi lagu begitu lebih positif memang. Tapi sebel aja kalau tau-tau semua band keluar pakai baju model you-know-what and mulai menyanyikan nuansa-nuansa begitu. Bubarin aja bandnya bikin baru lagi.
2.Nada/irama
Lonjakan nada Cuma di chorus, bagian lain ga dipikirin sama sekali susunan nadanya, kalau boleh ngomong, tanpa chorus lagu band indonesia Cuma punya kekuatan 0%-5%. Lagu yang baik kan di semua bagian di pikirin baik-baik nadanya, jadi tanpa chorus lagu itu udah punya kira-kira 30-45%% kekuatan lagu.
Yang parah, banyak nada yang plagiat. Tapi perlu di akui mereka penulis lagu band-band cukup kreatif dalam berplagiat ria. Secara hukum lagu dikatakan plagiat kalau ada 8 bar berurutan yang sama dengan lagu yang sudah ada, nah mereka cukup meniru sampai bar ke 7 saja. Pinter kan? Ntar alasannya kalau di wawancara gampang, “Not kan Cuma 7, wajar dong kalau ga sengaja mirip lagu A lagu B” pinter memang... (padahal 7 pangkat 7 aja udah 823.543 kombinasi)
3.Tema
Yang ini mah udah jelas, gini aja saya buat perbandingan biar gampang....
Lagu luar kebanyakan tu temanya tentang: cinta, sahabat, keluarga, cita-cita, alam, iklim, fenomena sosial, harta pribadi, semangat, keberanian, larangan, kritik, kisah hidup, kenangan, konspirasi, negara, benda, warna, makna suatu kata, musik itu sendiri, suatu tokoh, dan lain lain (percayalah, masih banyak)
Nah kalo di indo temanya itu tentang: cinta, cinta buta, cinta terlarang, cinta lagi, cinta aja, hanya cinta, ini cinta, itu cinta, cinta lagi cinta lagi, sekali lagi cinta, ada apa toh dengan cinta, cinta aja part 2, dan lain lain (percayalah, masih banyak cinta cinta yang lain)
4.Lyric
Sejak awal yang namanya lagu adalah puisi(baca:lirik) yang di iramakan. Jadi udah keharusan kalau yang namanya lirik harus bermakna dan indah untuk di ucapkan dan didengarkan.Saya kasih perbandingan lagu barat dan lagu indo dalam hal lirik. Dua duanya sama sama bertemakan cinta, patah hati...
Barat patah hati: Bertahun tahun aku mencarimu (mantan pacar) ke seluruh sudut kota, akhirnya aku menemukanmu di suatu tempat yang tidak pernah aku perhitungkan sebelumnya, gereja. Diiringi sorak sorai orang kamu hanya menatapku dan berkata “Aku masih mencintaimu, hanya saja... kamu terlambat 25 menit”.
(ini versi translate + ringkes lagu “25 minutes” milik MLTR, bahasa aslinya jauh lebih indah dari ini, kalau ada yang ga ngerti maksudnya itu, tokoh utama sudah cari-cari mantannya pingin baikan, sayangnya baru ketemu di resepsi pernikahan di gereja, dan sang mantan sudah resmi menikah.)
Indo patah hati: Emang dasar, emang dasar, emang dasar kamu BAJ*NGAN! (bahkan di tulispun jadi keluar bintang-bintangnya gitu... mohon maaf sengaja tidak sebut judul dan nama band, soalnya ini contoh jeleknya)
5.Skil sdan sifat personel
Ini dia yang bener2 mencolok, yaitu skil tiap personelnya. Saya percaya orang indonesia tidak mungkin kalah hebat dari orang luar dalam hal seni. Hanya saja karena situasi dan kondisi yang ada personel band indonesia skilnya bukannya berkembang melainkan berkarat. Kondisi yang dimaksud adalah : “tidak ada saingan”
Tiap personel band luar pasti dapat menghandel lebih dari 1 alat musik, dan kalaupun dia hanya bisa memainkan 1 alat musik (kayaknya jarang deh) dia memiliki ciri permainan khusus yang tidak dimiliki orang lain dalam bermain alat musik, intinya semua personel penting peranannya, ada satu yang keluar belum tentu ada yang bisa menambal kekurangan itu
Kalau di sini pemain alat musik pasaran, skillnya segitu-gitu aja, ga ada bedanya sama personel-personel band yang lain(baca: pasaran alias di pasar ada banyak), makanya banyak vokalis jadi sombong karena menganggap peran mereka tak tergantikan.
Coba saja tengok infotainment ketika membahas gosip suatu personel band ternama, terutama vokalis, tingkah mereka sungguh arogan, seolah-olah mereka cuma ada satu sedunia, padahal banyak anak muda yang dengan rendah hati mulai menyalip skill mereka.
Sejujurnya dulu pernah ada musisi yang bandingin (mohon maaf saya benar-benar lupa di mana sumbernya, karena itu saya tidak bisa memaksa anda untuk percaya info ini) skill band papan atas (sekali lagi papan atas) di indo levelnya tidak lebih tinggi daripada kebanyakan band anak SMA di Jepang yang bahkan belum pernah masuk dapur rekaman.
6.Performance
Sadarkah kalian, lagu band-band indonesia lebih asik di dengar lewat mp3 atau piranti rekaman lain ketimbang live? pada rekaman mereka semua bersuara emas, enak banget, mendayu dayu (bikin ngantuk sebenernya), tapi begitu konser live, suara serak serak basah (bocor maksudnya) , baru loncat-loncat dikit udah ngos-ngosan, nyanyinya jadi ribet, malah jadi penontonnya di suruh nyanyi. Padahal konser paling 1-2 jam & kalau udah ga kuat di menit-menit terakhir rame-rame lipsing...
Yeah sayangnya sewaktu rekaman, software-software canggih ikut membantu mereka ‘menyanyi’ dengan benar, frekuensi kurang dikit, tambahi, nada fales, di benerin, nyanyi ancur, bisa di ulang lagi.
Tapi coba lihat band luar kalau live konser, powernya bisa puluhan kali lebih kuat daripada rekaman, justru banyak dari mereka yang tidak suka dengan rekaman karena dinilai tidak bisa merekam 100% kemampuan mereka. Mereka teriak-teriak, melompat, tidak sedikit yang menampilkan sedikit dance, tapi tetep aja kuat sampai detik terakhir, padahal rata-rata konser mereka 3-4 jam.
7.Kostum
Begitu-begitu yang namanya band adalah public figure, mereka harus memperhatikan cara berpakaian mereka. Cocok tidak dengan peran mereka? Cocok tidak sama lagu mereka? Kalau kita tengok band-band lokal, pakaian yang mereka pakai tidak berbeda dengan penontonnya, kaos, jeans, kemeja, sneaker, bener-bener seadanya, apa adanya, dan apa yang dipunya saja, kasihan sekali. Coba mereka lepas alat musik trus di dorong ke lautan penonton, pasti aura public figur mereka langsung hilang berbaur dengan indah bersama-sama penonton.
Ada lagi kasus lain yang penampilan boleh nyentrik tapi lagunya ga mecing banget, yaituu.... band a minor de minor yang bahkan lirik aja ga hafal-hafal padahal di nyanyiin tiap hari (ga punya lagu lain kayaknya).
Mungkin bagi mereka biar tampang ancur yang penting lagu mantab. Tapi sekali lagi saya ingatkan bahwa kondisi demikian Cuma ada di Indonesia dimana persaingan tidak seketat di luar. Di luar yang namanya skill sudah tidak masuk hitungan dalam bersaing lagi alias wajib, jadi mereka harus berperang dalam hal lain selain skil, salah satunya adalah penampilan. Jadi kalau di Indonesia skill masih jadi bahan persaingan menurut saya jelas masih kurang pesaing.
Saya menulis seperti ini bukan karena saya tidak suka dengan produk dalam negeri atau nasionalisme saya kurang atau saya berusaha menjelek-jelekan Indonesia dengan segala cara. Cobalah kita renungkan, ini fakta yang ada, sayapun menulis seperti ini dengan resiko akan menambah panjang daftar musuh saya, tapi saya korbankan resiko itu, kalau ada waktu kalian bisa mengadakan survei lagu mana yang lebih bagus misal antara lagu indonesia dengan lagu jepang, dengan mempergunakan bule amerika atau eropa sebagai pendengar yang netral yang sama-sama tidak mengerti jenis musiknya. Kalau perlu sekalian translatin liriknya ke bahasa yang dia mengerti, saya berani jamin tanpa perlu survei, kecuali bule tersebut penggila dangdut, dia pasti lebih memilih lagu jepang.
Dan jangan sekali-kali bilang, “Seharusnya kamu tidak bicara atau menulis hal yang menjelek-jelekan seperti itu, memangnya kamu bisa membuat lagu seperti itu?” Menurut saya kata-kata seperti ini sangat tidak intelek dan sangat kekanak-kanakan, karena yang pertama, ini negara demokratis, semua orang berhak berpendapat dan mengemukakan pendapat (sayapun tidak melarang jika anda berkata demikian, hanya saya menilai tidak intelek saja).
Yang kedua, saya bukan penulis maupun penyedia lagu, jadi itu bukan peran atau tanggung jawab saya, jika di suruh sampai matipun saya tidak akan bisa menyediakan lagu seperti itu, tapi peran saya adalah penikmat lagu, dan sebagai penikmat saya melakukan peran saya yang terbaik, yaitu menikmati lagu yang pantas dinikmati dan mengkritik lagu yang tidak pantas untuk dinikmati. Justru mereka para musisilah yang menyalahgunakan kepercayakan yang sudah kita berikan untuk melahirkan lagu yang indah untuk kita dan tidak menjalankan perannya dengan baik kalau mereka membodohi para penikmat lagu dengan lagu-lagu yang mereka buat secara serampangan.
Dan yang ketiga adalah, saya membenci lagu band Indonesia karena saya PEDULI, karena saya tahu betul bahwa lagu indonesia yang sekarang beredar levelnya kalah jauh di banding dengan lagu-lagu indonesia yang beredar sebelum tahun 2005, dan Band Indonesia levelnya bukan Cuma segini! Coba lihat band-band indonesia yang malah di buang oleh para pendengar Indonesia seperti Padi atau SID, level mereka sangat tinggi, sangat jauh bandingannya dengan band-band kelas teri yang sekarang banyak bermunculan dan tidak sengaja tenar.
Justru yang saya pertanyakan adalah mereka yang mengaku menyukai lagu band Indonesia sekarang, dimana letak rasa peduli mereka? Mereka sama seperti seorang ayah yang memuji anaknya yang berusia 12 tahun karena dia sudah dapat naik sepeda tanpa roda bantu, atau bagaikan seorang manajer petinju yang terus menerus merancang pertandingan sandiwara untuk petinju yang dia pegang, alias mereka hanya menyanjung tanpa memikirkan masa depan dunia musik indonesia. Untuk anda yang belum pernah mencoba membandingkan lagu kita yang sekarang ini dengan lagu luar, cobalah selama sebulan buat anda yang mengerti musik dan tiga bulan buat anda yang tidak begitu mengerti musik, tinggalkan sejenak lagu band Indo, dengarkan lagu luar, kemudian kembali dengarkan kembali lagu Indo anda, saya berani jamin saat itu anda akan lebih memahami tulisan yang saya tulis ini. Mungkin banyak yang tidak berkenan dan saya tahu tidak pantas bagi saya untuk memohon maaf setelah memojokan bangsa sendiri seperti ini, tapi saya tetap memohon maaf sebesar-besarnya buat semua yang tidak berkenan bagi pembaca.
1 komentar:
setujaaa...sekali bahwa band sekarang..rata-rata yang penting nyanyi....padahal sebuah band yang dibuuhkan untuk tetap eksis dan digemari tidak hanya bisa nyanyi...tetapi juga memerlukan skill masing-masing personil yang cespleng..alias tidak hanya sekedar bisa bermain alat tetapi juga bagaimana mengaransemen lagu yang baik...serta juga dibutuhkan kemampuan membikin untaian kata yang indah...tidak hanya sekedar lirik dengan kata-kata biasa...yang jelas berbeda sekali dengan band era 80-an dan 90-an..band di era itu sangat bagus kualitasnya baik skill tiap personil, aransemen dan syairnya....misal grass rock, makara, PADI, Power Metal, Kaisar, dan lain-lain...
Posting Komentar